seamo - mother

Sabtu, 19 November 2016

aku ingin (rindu) kamu

aku ingin (rindu) kamu
iya.
bukan kamu suatu subjek
bukan kamu seseorang,
melainkan suatu rasa

aku menginginkan rasa itu lagi
aku ingin rasa itu tumbuh lagi
pit-a-pat.
nah, rasa itu yang kuinginkan lagi.
sejak dia, aku tak punya rasa
sejak dia, rasaku mati.

bukan.
bukan karena aku menginginkan dia lagi
aku bahkan (sangat) menolak untuk menginginkannya lagi
seseorang yang bahkan oh sungguh
apabila ku definisikan, aku akan menjadi orang paling kejam

sungguh
hal yang tak pernah ku ketahui adalah
ini salahku atau salahnya.
salahnya.
karena (seperti) telah memberiku harapan
salahku.
karena terlalu berharap.
salahku.
karena telah menjadi bayi yang mau saja mendekat hanya karena imingan es krim
salahku.
karena menganggap perkataannya adalah nyata
aku baper. Ya kala itu. HANYA KALA ITU.

aku baperan? yes maybe.
but, aku sungguh dibuat baper.
bukan apa-apa, aku punya bukti yang cukup kuat yang mendasari baperku.
sesal
sangaaaaattttt menyesal
hingga sekarang.



Sabtu, 20 Agustus 2016

Kabut (bukan) teruntuk sore

Kala itu, kabut rindu pada sore
Ia ingin hadir pada sore
Maka, kala itu pula ia hadir pada sore
Memberi aroma khasnya pada sore


Apa kau tau?
Sore berbisik.
Ia berbisik pada hatinya sendiri
Kabut, aku telah mengikhlaskanmu
Hadirmu sudah tak kuharapkan lagi
Sungguh, aku sudah tak mengharap hadirmu


Kabut, apabila kau rindu padaku,
Kau bebas untuk hadir padaku
Aku akan menyambutmu dengan senang hati
Sebagai sahabatmu,
Sahabat semu
Kau bebas menebarkan aromamu padaku,
Aku rela, kabut

Namun kabut, ada hal yang perlu kamu tau
Saat senja datang, kau harus pergi
Kau tak boleh egois
Pergilah saat senja itu datang


Kabut,
Kita adalah sahabat semu
Aku tak bisa menemanimu sepanjang waktuku
Aku tak bisa seperti pagi

Kabut,
Maaf, aku punya nasehat untukmu
Kau harus setia pada pagi seperti setianya pagi padamu
Aku pun mencoba setia pada senja seperti setianya padaku

Kabut,
Mungkin inilah yang namanya takdir.
Bahwasanya kau memang teruntuk pagi, dan aku teruntuk senja



Kamis, 04 Agustus 2016

잘가요

Satu hal yang perlu kamu tau. Hanya dalam beberapa hari saja sejak aku menulis tulisan sebelumnya aku sudah hampir menyelesaikan tembokku. Bagaimana? how wonderful i'm! ggeuraesseo?

Akhirnya aku menyadari satu hal akan dirimu. Kamu, bahkan tak bisa tegas akan perasaanmu. Kamu seperti gabus stereofoam yang ada di diatas ombak. Begitu terombang-ambing. Labil. Tak punya ketegasan. Tak pernah dapat mengambil keputusan akan dirimu. Seperti ubi kayu yang ditiaburi jamur Saccharomyces kemudian dibiarkan dalam beberapa hari. Ya seperti itu pula dirimu. Begitu lembek. Tak tegas.


Tapi tenanglah. Karena sifatmu yang tidak begitu jahat, maka aku pun akan menunjukkan sisi periku. Sisi baikku yang bak bidadari. Kamu bisa menceritakan hal apa saja padaku. Jangan khawatir. Setiap kata yang kamu lontarkan, ataupun abjad yang kamu ditekan, ku pastikan akan terjaga. Tak ada satu pun makhluk-Nya yang tau.


Begitu pula akan ceritaku dan kamu. Cerita yang begitu membingungkan dan konyol. Yang bahkan sampai saat ini aku tak pernah mengerti kenapa terjadi. Yang tak pernah aku mengerti kapan mulai terjadi. Dan yang tak pernah aku mengerti cerita akhirnya. Endingnya.

Tak akan pernah ada seorang pun yang tau. Terkecuali aku, kamu, dan Dia. So, i'll say 잘가 to you. Berbahagialh!
안녕!

Jumat, 29 Juli 2016

I'll say something to you

I'll say something to you. Bukan. Tepatnya adalah bercerita.


Kamu tau, bahwa aku sedang mendirikan pertahanan yang kuat dengan menumpuk batu bata berlapis lapis dan berderet berjajar? Tidak. Kamu tidak akan pernah tau. Kamu kemudian hanya bisa menghancurkannya. Tanpa memandang betapa kerja keras ku kerahkan. Lagi dan lagi. Terus dan terus. Hingga suatu saat aku menyerah untuk melanjutkan menyusun batu bata tersebut, sehingga aku dan kamu bisa saling bertatapan. Saat itu, aku begitu bahagianya.

Ah aku akan mengatakan bahwa kamu bukannya tidak tau soal tembok yang sedang aku bangun. Kamu bahkan sangggaaattt tau. Dan aku selalu bisa melihat kamu berusaha menghancurkan tembok milikku. Nampaknya kamu sudah berhasil menghancurkan sebagiannya. Sebagian masih ku pertahankan sebagai tembok yang utuh. Aku sudah bisa melihatmu melalui celah yang kamu buat dari sebagian bangunan yang kamu hancurkan. Aku tersenyum. Bahagia bisa melihatmu, bertemu kamu lagi.


Namun, suatu hal datang. Kamu tidak melihatku dengan senyum. Kamu tidak tersenyum. Kamu tidak melihatku lagi. Seseorang di sana yang kamu lihat. Sad.

Aku putuskan lagi sebagian tembok yang tersisa, yang belum kau hancurkan aku bangun lagi. Aku melanjutkan menyejajarkan dan menumpuk batu bata (lagi). Kali ini dengan bantuan bahan perekat berwarna hitam ke abu abuan. Ku harap, perpaduan antara batu bata dan semen ini akan lebih kuat sehingga tidak mudah kau hancurkan (lagi). Untuk kedua kalinya.